MEKANISME REAKSI REDUKSI PADA BERBAGAI SENYAWA ORGANIK
MEKANISME
REAKSI REDUKSI PADA BEBERAPA SENYAWA ORGANIK
Pada blog mengenai mekanisme reaksi reduksi pada beberapa
senyawa organic akan kita bahas mengenai reaksi reduksi tersebut dengan
menggunakan beberapa reaksi seperti yang ditampilkan dibawah ini :
1.
REAKSI REDUKSI ROSENMUND
Seperti kita ketahui bahwa reaksi reduksi
pada reaksi rosenmund yaitu misalnya pada reaksi antara asil halida yang
nantinya akan menghasilkan aldehida dengan adanya hidrogenasi katalitik dengan
katalis logam. Dari reaksi reduksi rosenmund sebagai alternatif dapat kita
pikirkan bahwa asil halide dapat direduksi dengan adanya keberadaan dari
hidrida logam kompleks. Untuk menghentikan adanya reaksi pada tahap aldehida
maka dapat kita gunkan zat pereduksi yang ringan seperti natrium borohidrida
dan lain sebagainya.
MEKANISME REAKSI REDUKSI ROSENMUND
Sebagai contoh pada mekanisme ini
digunakan reaksi yaitu :
Dengan adanya asumsi bahwa pada mekanisme
reaksi reduksi rosenmund dengan lithium tri-tert-butoxyaluminium hydride, ion
hidrida dapat dialihkan ke asil klorida pada Langkah yang awal.
Pada tahap ini electron dari atom oksigen
beresonansi sehingga mengakibatkan oksigen bermuatan parsial negative yang
menyebabkan pula terbentuknya karbokation pada keadaan ini. Selanjutnya karena
adanya ion hidrida yang mempunyai electron maka dapat menyumbangkan orbitalnya
kepada atom karbon karbokation sehingga terbentuk orbital baru pada atom
karbon. Pada keadaan ini atom oksigen yang masih bermuatan parsial negative
melakukan alternatif untuk menarik tri-rt-butoxyalumunium hydride sehingga pada
keadaan ini terbentuk keadaatransisi.
Kemudian pada reaksi diatas dapat kita
pahami bahwa orbital ikatan pada atom oksigen dengan ion butoxyalumunium
hydride maka dengan adanya pelepasan pada leaving group yaitu klorida sehingga
pada atom karbon Kembali terbentuk karbokation yang secara langsung atom
oksigen yang mempunyai kemampuan untuk beresonansi menmutuskan ikatannya dengan
ion tersebut yang dalam keadaan ini membentuk ikatan pi yang tumpeng tindih.
Sebagai akibatnya adanya pemutusan dan pembentukan ikatan maka terbentuk
senyawa stabil yang berupa aldehid. Gugus gugus yang dilepaskan pada keadaan
yang tidak stabil akan segera menarik gugus lain untuk menyetabilkan diri
seperti terlihat pada reaksi tersebut.
2.
REAKSI REDUKSI
MEERWEIN-PONNDORF-VERLEY
Dapat
kita pahami pada reaksi reduksi meerwein-ponndorf-verley pada reaksi berikut :
Pada
reaksi reduksi ini prinsipnya yaitu reduksi pada aldehid dan keton sehingga
dapat menghasilkan alcohol yang sesuai. Alcohol dapat dibentuk melalui reduksi
dari aldehid dan keton. Dengan menggunakan agen pereduksi yaitu alumunium
lakoksida maka residu dari alkoksida dioksidasi sehingga menghasilkan keton.
MEKANISME
REAKSI
Pada
mekanisme reaksi ini dapat kita pahami pada tahap awal sebuah keton yang
direduksi dengan menggunakan alumunium alkoksida yaitu dengan adanya electron
yang tersedia pada atom oksigen maka akan membuat oksigen dapat menarik
electron pada alumunium sehingga terbentuklah keadaan yang mana oksigen tidak
stabil yang seharusnya parsial negative tetapi berada pada keadaan parsial
positif. Kemudian koordinasi antara alumunium dan atom oksigen juga dapat
memungkinkan terjadinya transfer ion hidrida ke karbonil. Reaksi ini
berlangsung melalui keadaan transisi yang beranggota enam.
Pada
keadaan transisi ini elektron pada ikatan karbonil berpindah menyerang atom
oksigen yang parsial positif sehingga menyebabkan karbokation menarik proton
yang mengakibatkan atom oksigen tidak parsial positif lagi sehingga pada
keadaan ini maka untuk membentuk suatu alkohol dibutuhkan reaksi berikut
3.
REAKSI REDUKSI ALDEHID DAN KETON
MENJADI ALKOHOL
Pada
reaksi reduksi aldehid dan keton menjadi suatu alcohol maka dapat kita lihat
melalui mekanisme berikut :
Pada
mekanisme reaksi tersebut maka dapat kita pahami bahwa reaksi reduksi pada
senyawa karbonil yang dengan adanya hidrida logam maka dalam reaksinya akan
melibatkan transfer nukelofilik dari anion hidrida ke karbonil sehingga
aktivasi dapat dilakukan oleh kation logam yang dikoordinasikan dengan atom
oksigen. Pada mekanisme tersebut dapat kita lihat bahwa electron yang terdapat
pada karbonil beresonansi sehingga menyebabkan karbokation terbentuk dan akan
menarik proton yang berasal dari borohidrida. Pada keadaan ini oksigen parsial
negative dan mampu membentuk ikatan dengan BH3. Dalam proses reduksi , transfer
keempat anion hidrida pada natriumborohidrida terjadi dengan secara terurut.
Pada
keadaan ini merupakan keadaan dimana ion dari BH4- Berikatan dengan oksigen yang telah melakukan
resonansi sehingga terbentuklah keadaan yang dimana boron tidak stabil karena
memiliki ikatan yang lebih.
Pada
reaksi tersebut dapat kita ketahui bahwa dengan adanya keton yang memilki atom
O parsial negative sehingga dalam keadaan ini mampu mengikat hydrogen tanpa
membawa electron pada atom hydrogen tersebut. Pada keadaan ini dengan adanya
keton secara berlanjut maka dapat terus bereaksi hingga hydrogen yang terikat
pada boron tergantikan oleh adanya keton tersebut.
Sehingga
pada reaksinya yaitu
Dapat
kita lihat bahwa jika kita tuliskan maka terbentuklah ion yang dengan adanya
hidrolisis dengan dukungan suasana asam maka akan terbentuk alcohol dan boron hidroksida.
PERMASALAHAN
1. Pada
kondisi transisi pada reaksi rosenmund keadaan yang dihasilkan yang bagimana
sehingga reaksi ini dapat menjadi lebih stabil?
2. Jelaskan apakah bentuk geometri molekul pada reaksi rosenmund dapat mempengaruhi energi pada keadaan transisi ?
3. Apakah pada reaksi meerwein-ponndorf-verley dapat menghasilkan keadaan reaksi tanpa melalui keadaan transisi yang tidak stabil?
Hallo Astri, perkenalkan saya Madalena Br. Pangaribuan dengan NIM A1C119100. Saya akan menjawab permasalahan nomor 1.
BalasHapusPada keadaan transisi dalam reaksi rosenmund maka dapat kita ketahui bahwa pada reaksi ini kita dapat ketahui bahwa energi pada keadaan transisi yang dapat memicu kestabilan pada reaksi ini dapat kita pertimbangkan. Yang mana pada reaksi rosenmund ini dengan adanya kondisi transisi yang memiliki energi transisi rendah maka dapat menjadikan reaksi ini lebih stabil serta dapat didukung oleh adanya faktor pendukung seperti suhu, pH dan lain sebagainya. Sekian dari saya, terimakasih.
Baiklah, saya Putri Adri Tiarasalfi NIM A1C119070, akan mencoba menjawab permasalahan no2
BalasHapusBentuk geometri molekul pada reaksi rosenmund dapat mempengaruhi energi pada keadaan transisi yang mana bentuk geometri yang dapat memperlihatkan bahwa suatu molekul mengandung atom dengan ukuran yang lebih kecil ataupun lebih besar dimana ukuran atom yang terikat dalam atom lainnya pada bentuk geometri dapat berpengaruh terhadap rintangan Sterik yang dapat mempengaruhi energi pada keadaan transisi sehingga pada keadaan transisi ini dengan bentuk geometri yang cukup kompleks memungkinkan dapat menyebabkan energi untuk mencapai produk reaksi lebih tinggi ataupun lebih rendah.
Saya qusayri al farisi Nim :A1C119038 akan mencoba menjawab pertanyaan no 3.Pada reaksi meerwein-ponndorf-verley dapat kita ketahui bahwa suatu reaksi dalam mekanisme reaksinya melalui adanya keadaan transisi. Karena melalui keadaan transisi ini akan terbentuk senyawa yang nantinya akan menjadi produk yang dihasilkan. Selain itu keadaan transisi pada suatu reaksi ada karena pada setiap reaksi terjadi adanya pemutusan dan pembentukan ikatan yang baru yang mana menghasilkan senyawa antara yang nantinya akan membentuk produk. Jadi dapat kita pikirkan bahwa pada reaksi tersebut tidak dapat menghasilkan keadaan reaksi tanpa adanya keadaan transisi yang tidak stabil.
BalasHapus